SRI RAHAYUNINGSIH
Jurusan Teknik
Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kadiri
Jl. Selomangleng
No. 1, Kediri, Jawa Timur 64115
Surel:
sri.nuning@gmail.com
ABSTRAK
Kondisi lingkungan kerja yang baik akan
menunjang pekerja dalam melakukan kerja yang maksimal. Faktor-faktor seperti
temperatur, kebisingan, dan vibrasi dapat meningkatkan tekanan psikologis
pekerja dan memengaruhi kinerja pekerja. PR Rezeki Abadi merupakan perusahaan
rokok yang menggunakan tenaga manusia dalam menjalankan produksinya mulai dari
proses pencampuran bahan–bahan dasar (tembakau, saos dan cengkeh) sampai dengan
proses finishing. Berdasarkan hasil pengukuran, temperatur dan tingkat
kebisingan pada bagian pencampuran lebih tinggi dari kondisi normal sehingga
operator di bagian pencampuran merasakan beban psikologis yang tinggi dan
sering melakukan kesalahan pada proses pencampuran. Tujuan dalam penelitian ini
adalah melakukan perbaikan kondisi lingkungan kerja di bagian pencampuran
tembakau dan melakukan pengukuran beban kerja mental dengan metode SWAT untuk
mengetahui pengaruh perbaikan kondisi lingkungan kerja tersebut.
ABSTRACT
Good condition of environmental work
will support workers in performing operations maximally. Factors e.g.
temperature, noise, and vibration have contribution in increasing psychological
distress and affect to worker’s performance. PR Rezeki Abadi is a cigarette
manufacturer which utilizes manual power of workers for establishing production
in the whole flow process, starting from mixing materials (tobacco, sauce, and
clove) until finishing. In accordance with measurement results, temperature and
noise of environmental condition in mixing process workplace is higher than
normal level so operators in this workplace get high psychological distress and
often do mistakes in terms of mixing process. This research aims to develop
environmental work condition particularly in the mixing material workplace and
measure mental workload by using SWAT in order to find out the influence of
environmental work development
Kondisi
lingkungan kerja adalah suasana yang terdapat di sekitar tempat kerja.Kondisi
lingkungan kerja yang baik akan mendorong para pekerjanya menjadi lebih
produktif dan hasil pekerjaannya akan berpengaruh baik.Beberapa faktor yang
menjadi penghambat para pekerja yaitu temperatur ruangan,kebisingan,vibrasi dan
ketenangan kerja yang dapat berakibat meningkatnya beban tekanan psikologis
pekerja yang meningkat (Purwaningsih
dan Sugiyanto, 2007). Tekanan psikologis yang semakin tinggi akan menyebabkan
beban kerja mental yang dirasakan oleh pekerja semakin meningkat.
PR Rezeki Abadi merupakan perusahaan
manufaktur dengan hasil produksi utama adalah rokok. Perusahaan ini menggunakan
tenaga manusia sebagai operator utama dalam menjalankan proses produksi mulai dari
proses pencampuran (blending) bahan–bahan dasar (tembakau, saos, dan
cengkeh) sampai dengan proses finishing. Berdasarkan hasil pengukuran
temperatur dan tingkat kebisingan pada bagian pencampuran, temperatur ruang
kerja mencapai 33–36°C dan tingkat kebisingan mencapai 75dB. Hasil ini
menunjukkan temperatur dan tingkat kebisingan lebih tinggi dari kondisi normal
yaitu 24–27°C dan 50–60 dB. sehingga menyebabkan terjadinya kesalahan pekerja
pada proses pencampuran dan menurunkan hasil produksi rokok.
Pengukuran beban kerja
mental dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran secara objektif dan
subjektif. Pengukuran beban kerja mental secara subjektif merupakan teknik
pengukuran yang paling banyak digunakan karena mempunyai tingkat validitas yang
tinggi dan bersifat langsung dibandingkan dengan pengukuran lain (Simanjutak
dan Situmorang, 2010). Menurut Widyanti dkk. (2010), salah satu metode
pengukuran beban kerja mental secara subjektif yang banyak diaplikasikan di
Indonesia adalah Subjective Workload Assessment Technique (SWAT)
dan permasalahan yang dihadapi PR Rezeki Abadi, maka tujuan dalam penelitian
ini adalah melakukan perbaikan kondisi lingkungan kerja di bagian pencampuran
tembakau dan melakukan pengukuran beban kerja mental dengan metode SWAT untuk
mengetahui pengaruh perbaikan kondisi lingkungan kerja tersebut.
METODE PENELITIAN
Tahapan-tahapan yang akan dilakukan
dalam penelitian ini adalah:
1. Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan untuk
menjawab permasalahan di bagian pencampuran tembakau PR Rezeki Abadi sebagai
berikut:
a.
Beban
Kerja
Beban kerja operator akan diukur dengan metode Subjective
Workload Assessment Technique (SWAT), di mana operator diminta untuk
mengurutkan kartu SWAT yang berjumlah 27 kartu berdasarkan subjektivitas mereka.
b.
Kondisi
Lingkungan Kerja
Kondisi lingkungan
kerja yang diamati adalah temperatur dan kebisingan, sehingga perlu dilakukan
pengukuran untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja di bagian pencampuran yang
ada saat ini. Pengukuran temperatur dilakukan dengan menggunakan termometer dan
kebisingan dengan menggunakan digital sound level meter.
2. Pengukuran
Beban Kerja Mental Sebelum Perbaikan Kondisi Lingkungan kerja
Metode Subjective
Workload Asessment Technique (SWAT) pertama kali dikembangkan oleh
Reid et al. pada tahun 1989. Menurut Reid et al. (1989), metode
SWAT akan menggambarkan sistem kerja sebagai model multi dimensional
dari beban kerja, yang terdiri atas tiga dimensi atau faktor yaitu beban waktu
(time load), beban mental (mental effort load), dan beban
psikologis (psychological stress load) (Wignjosoebroto dan Zaini, 2003).
3.
Perbaikan Kondisi Lingkungan Kerja
Akan diusulkan perbaikan kondisi
lingkungan kerja di bagian pencampuran tembakau agar operator lebih nyaman
dalam bekerja sehingga mengurangi stres dan beban psikologis
4. Pengukuran
Beban Kerja Mental Setelah Perancangan Lingkungan Kerja
Perbaikan yang
diusulkan selanjutnya diimplementasikan pada bagian pencampuran tembakau PR
Rezeki Abadi. Setelah implementasi dalam beberapa minggu, tiap operator diminta
memberikan skor SWAT pada tiap elemen pekerjaan berdasarkan apa yang dirasakan
dengan kondisi lingkungan kerja yang baru
5. Perbandingan
Beban Kerja Mental Berdasarkan Perbaikan Kondisi Lingkungan Kerja
Langkah selanjutnya
adalah membandingkan hasil pengukuran beban kerja mental sebelum dan sesudah
perbaikan kondisi lingkungan kerja
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Pengukuran
Beban kerja Mental dengan Metode SWAT pada kondisi lingkungan kerja saat ini.
Pengumpulan data dengan
menyebarkan kuesioner kepada 3 responden, yaitu operator pada bagian
pencampuran tembakau. Pemakaian kartu-kartu kombinasi beban kerja mental, yaitu
berupa lembaran yang dibuat secara khusus untuk mendukung pelaksanaan
pengumpulan data. Setelah itu responden diminta untuk mengurutkan kartu-kartu
tersebut berdasarkan persepsi masing-masing tentang tingkatan beban kerja dari
yang paling rendah sampai paling tinggi. Kartu yang diurutkan berjumlah 27
buah, masing-masing merupakan kombinasi tingkatan dari ketiga dimensi SWAT.
Tabel 1. Urutan Kartu
SWAT Berdasarkan Preferensi Operator di Bagian Pencampuran Tembakau
Tingkat Huruf dan Nomor
Operator
|
111
|
112
|
113
|
121
|
122
|
123
|
131
|
132
|
133
|
211
|
212
|
213
|
221
|
222
|
||
N B WF
|
J
|
C
|
X
|
S
|
MUGZ
|
VQ
|
||||||||||
Jen
|
2
|
3
|
5
|
8
|
11
|
18
|
1
|
6
|
12
|
13
|
4
|
19
|
14
|
10
|
||
Heri
|
1
|
2
|
3
|
8
|
7
|
24
|
12
|
13
|
14
|
17
|
6
|
6
|
9
|
5
|
||
Agung
|
27
|
1
|
5
|
8
|
9
|
10
|
12
|
17
|
18
|
2
|
6
|
25
|
11
|
13
|
||
Tingkat Huruf dan Nomor
|
||||||||||||||||
Operator
|
223
|
231
|
232
|
233
|
311
|
312
|
313
|
321
|
322
|
323
|
331
|
332
|
333
|
|||
ZZ K
|
E
|
R
|
H
|
P
|
D
|
Y
|
A
|
O
|
L
|
T
|
I
|
|||||
Jen
|
7
|
20
|
21
|
15
|
22
|
25
|
9
|
23
|
16
|
24
|
17
|
27
|
26
|
|||
Heri
|
10
|
15
|
11
|
16
|
19
|
22
|
25
|
23
|
18
|
21
|
26
|
20
|
27
|
|||
Agung
|
14
|
19
|
3
|
7
|
24
|
15
|
16
|
21
|
22
|
4
|
20
|
23
|
26
|
|||
Tabel 2. Skor SWAT yang
Diberikan oleh Operator pada Kondisi Awal Lingkungan Kerja
|
||||||||||||||||
Deskripsi
Pekerjaan
|
Operator
1
|
Operator
2
|
Operator
3
|
|||||||||||||
(Jen)
|
(Heri)
|
(Agung)
|
||||||||||||||
Proses di mana dimulainya
pencampuran
|
321
|
311
|
321
|
|||||||||||||
komposisi tembakau serta
penyemprotan saos
|
||||||||||||||||
Pencampuran komposisi cengkeh
|
311
|
312
|
322
|
Rahayuningsih:
Analisis perbaikan kondisi lingkungan kerja
Tabel 3. Nilai Prototype
dari Tiap Operator
Operator
|
TES
|
TSE
|
ETS
|
EST
|
SET
|
STE
|
Prototipe
|
Jen
|
0,76
|
0,73
|
0,47
|
0,34
|
0,24
|
0,33
|
T
|
Feri
|
0,75
|
0,70
|
0,52
|
0,39
|
0,25
|
0,32
|
T
|
Agung
|
0,38
|
0,33
|
0,24
|
0,14
|
0,02
|
0,03
|
T
|
Tabel 4. Nilai Skala
Akhir SWAT
No
|
Kombinasi
beban
|
Huruf
|
Skala
akhir
|
Skala
akhir
|
Skala
akhir
|
|
kerja
|
Operator
1
|
Operator
2
|
Operator
3
|
|||
1
|
111
|
N
|
0
|
17,8
|
57,8
|
|
2
|
112
|
B
|
4,3
|
11,8
|
47,5
|
|
3
|
113
|
W
|
13
|
31,4
|
45,9
|
|
4
|
121
|
F
|
23,9
|
28,1
|
32,3
|
|
5
|
122
|
J
|
28,2
|
22
|
22,1
|
|
6
|
123
|
C
|
37
|
41,6
|
20,5
|
|
7
|
131
|
X
|
24,6
|
18,6
|
64,6
|
|
8
|
132
|
S
|
28,9
|
12,5
|
54,4
|
|
9
|
133
|
M
|
37,7
|
32,1
|
52,8
|
|
10
|
211
|
U
|
29,2
|
6,1
|
37,3
|
|
11
|
212
|
G
|
33,5
|
0
|
27
|
|
12
|
213
|
Z
|
42,2
|
19,6
|
25,4
|
|
13
|
221
|
V
|
53,1
|
16,3
|
11,8
|
|
14
|
222
|
Q
|
57,4
|
10,3
|
1,6
|
|
15
|
223
|
ZZ
|
66,2
|
29,9
|
0
|
|
16
|
231
|
K
|
53,8
|
6,8
|
44,1
|
|
17
|
232
|
E
|
58,1
|
7
|
33,9
|
|
18
|
233
|
R
|
66,9
|
20,3
|
32,2
|
|
19
|
311
|
H
|
62,3
|
76,2
|
93,2
|
|
20
|
312
|
P
|
66,6
|
70,1
|
83
|
|
21
|
313
|
D
|
75,4
|
89,7
|
81,3
|
|
22
|
321
|
Y
|
86,2
|
86,5
|
67,8
|
|
23
|
322
|
A
|
90,5
|
80,4
|
57,5
|
|
24
|
323
|
O
|
99,3
|
100
|
55,9
|
|
25
|
331
|
L
|
87
|
76,9
|
100
|
|
26
|
332
|
T
|
91,2
|
70,9
|
89,8
|
|
27
|
333
|
I
|
100
|
90,5
|
88,2
|
atau
Individual Scalling Solution (ISS). Koefisien dengan dua dimensi lainnya. Nilai
kepentingan
Kendall
yang
diperoleh sebesar 0,6239, nilai ini untuk setiap
faktor adalah Faktor T (waktu) =
lebih
kecil dari 0,75 yang artinya data terlalu 65,1%, faktor E
(usaha mental) = 21,13%, dan
heterogen
dan pengukuran beban kerja mental faktor S
(stress) =13,77%. Skala akhir tiap operator
akan
dilakukan per operator. yang diolah
menggunakan software SWAT dapat
Nilai prototype
menunjukkan dimensi yang dilihat pada Tabel 4. Setelah
skala akhir SWAT
dominan
dirasakan sebagai beban mental oleh diperoleh maka
dilakukan event scoring untuk
responden.
Hasil pengolahan data menunjukkan mengetahui beban
kerja mental, yaitu dengan
prototype
dari
tiap-tiap operator termasuk dalam cara
mengkonversikan penilaian SWAT pada
Time
(Tabel
3), maksudnya pekerja tersebut Tabel 2 dengan
skala akhir tersebut.
menganggap
beban waktu merupakan dimensi Sebagai contoh
pada Tabel 2, operator 1
yang
relatif yang paling penting dibandingkan memberikan
rating beban 311 pada pekerjaan
Jurnal
Teknik Industri, Vol. 15, No. 1, Februari 2014: 80–87
Tabel 5. Hasil Pengukuran
Beban Kerja Mental pada Kondisi Awal Lingkungan Kerja
Konversi
ke Skala Akhir SWAT
|
||||||
Deskripsi
Pekerjaan
|
Operator
|
Operator
|
Operator
|
Total
|
Rata-Rata
|
|
1
|
2
|
3
|
||||
Proses di mana dimulainya
|
86,2
|
76,2
|
67,8
|
230,2
|
76,73
|
|
pencampuran komposisi
|
||||||
tembakau serta penyemprotan
saos
|
||||||
Pencampuran komposisi cengkeh
|
62,3
|
70,1
|
57,5
|
189,9
|
63,3
|
Usulan
Perbaikan Kondisi lingkungan Kerja
Berdasarkan pengukuran
temperatur kondisi awal lingkungan kerja di bagian pencampuran tembakau
didapatkan temperatur ruangan sebesar 33– 36°C, temperatur yang tinggi tersebut
menyebabkan konsentrasi pekerjaan kurang terfokus karena tubuh merasa tidak
nyaman dan operator mudah merasa lelah sehingga operator merasa terbebani oleh
pekerjaannya.
Perbaikan kondisi
lingkungan kerja dengan cara penambahan blower di ruangan pencampuran
tembakau
maka temperatur ruang mengalami penurunan yaitu sebesar 25,5–26,5°C. Hal ini
disebabkan sirkulasi udara di dalam ruangan pencampuran tembakau telah berjalan
dengan baik.
Tabel 6. Perbandingan
Kondisi Lingkungan
Ker ja Sebelum
da n Sesudah
Perbaikan
Komponen
|
||
Lingkungan
|
Sebelum
|
Sesudah
|
Kerja
|
||
Temperatur
|
33–36°C
|
25,5–26,5°C
|
Kebisingan
|
75
dB
|
75
dB
|
Pengukuran
Beban Kerja Mental Sesudah Perbaikan Lingkungan Kerja
Hasil implementasi
perbaikan kondisi lingkungan kerja dengan menambahkan blower dan
pemakaian tutup telinga bagi operator di bagian pencampuran tembakau akan
dievaluasi
Tabel 7. Skor SWAT yang
Diberikan oleh Operator Setelah Perbaikan Kondisi Lingkungan Kerja
Deskripsi
Pekerjaan
|
Operator
1
|
Operator
2
|
Operator
3
|
|||||
(Jen)
|
(Heri)
|
(Agung)
|
||||||
Proses di mana dimulainya
pencampuran komposisi
|
123
|
113
|
121
|
|||||
tembakau serta penyemprotan
saos
|
||||||||
Pencampuran komposisi cengkeh
|
131
|
121
|
212
|
|||||
Tabel 8. Hasil
Pengukuran Beban Kerja Mental
|
||||||||
Deskripsi
Pekerjaan
|
Konversi
ke Skala Akhir SWAT
|
Total
|
Rata-
|
|||||
Operator 1
|
Operator
2
|
Operator 3
|
Rata
|
|||||
Proses di mana dimulainya
|
37
|
31,4
|
32,3
|
100,7
|
33,56
|
|||
pencampuran komposisi
|
||||||||
tembakau serta penyemprotan
saos
|
||||||||
Pencampuran komposisi cengkeh
|
24,6
|
28,1
|
27
|
79,7
|
26,56
|
untuk melihat apakah
beban kerja yang dirasakan oleh operator telah berkurang. Ketiga operator
kembali diminta untuk memberikan penilaian atau skor pada masing-masing elemen
pekerjaan di bagian pencampuran seperti dapat dilihat pada Tabel 7.
SIMPULAN
Kondisi lingkungan
kerja menjadi lebih baik dan lebih nyaman dengan adanya penambahan blower dan
penggunaan earplug (penutup telinga) sehingga dapat menurunkan
beban kerja operator di bagian pencampuran tembakau PR Rezeki Abadi.
Berdasarkan pengukuran beban kerja dengan metode SWAT, rata-rata beban kerja
operator pencampuran tembakau sebelum dilakukan perbaikan kondisi lingkungan
kerja termasuk dalam kategori berat. Setelah dilakukan perbaikan kondisi
lingkungan kerja, rata-rata skala beban kerja di bawah 40 sehingga beban kerja
termasuk dalam kategori ringan.
DAFTAR PUSTAKA
Purwaningsih, R., dan Sugianto, A.,
2007. Analisis Beban Kerja Mental Dosen Teknik Industri Undip dengan Metode
Subjective Workload Assesment Technique (SWAT), J@TI Undip, II (2),
28–39.
Reid, G.B., Potter, S.S., and Bressler,
J.R., 1989, Subjective Workload Assessment Technique (SWAT): A User’s Guide
(U), Interim Report, Harry G. Armstrong Aerospace Medical Research
Laboratory, Human System Division Air Force System Command Wright-Patterson Air
Force Base, Ohio.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar